Kickthegongaround.com – Erik Ten Hag menolak tawaran FC Twente agar tetap mendapatkan kompensasi dari Bayer Leverkusen setelah pemecatannya.
Erik Ten Hag, pelatih Belanda berpengalaman, baru-baru ini membuat keputusan yang menjadi sorotan publik sepakbola, khususnya di Belanda. Setelah dipecat dari jabatan pelatih Bayer Leverkusen, Erik Ten Hag mendapat tawaran untuk kembali ke klub masa kecilnya, FC Twente. Namun, pelatih berusia 55 tahun ini memutuskan menolak kesempatan tersebut. Keputusan itu bukan semata karena waktu atau komitmen, melainkan terkait pesangon kontrak dari Leverkusen yang akan hilang jika ia menerima pekerjaan baru.
BACA JUGA : Benfica Berencana Tunjuk Jose Mourinho Jadi Pelatih Lagi
Latar Belakang Pemecatan Erik Ten Hag di Leverkusen
- Erik Ten Hag diangkat sebagai pelatih Bayer Leverkusen pada Mei 2025, dengan kontrak sampai 2027.
- Namun, performa tim tidak memuaskan di awal musim Bundesliga, dan dia dipecat hanya setelah memimpin sedikit pertandingan. Pemecatan ini mengejutkan karena waktunya sangat pendek dan ia mendapat pesangon dari klub.
Karena kontraknya dengan Leverkusen baru saja diputuskan secara sepihak, Ten Hag berhak atas kompensasi finansial dari klub Jerman tersebut. Kesepakatan ini menjadi faktor kunci dalam keputusan-keputusannya saat ini.
Tawaran dari FC Twente dan Penolakan
- FC Twente, klub Belanda yang pernah menjadi klub masa kecil Ten Hag sebagai pemain dan juga pelatih di level akademi, dikabarkan mengajukan tawaran agar ia kembali sebagai pelatih kepala.
- Namun Ten Hag memilih menolak tawaran tersebut, dengan pertimbangan bahwa jika ia menerima posisi di Twente sekarang, ia harus melepaskan atau kehilangan hak atas kompensasi dari Leverkusen.
- Selain itu, laporan menyebut bahwa FC Twente saat ini belum resmi memasukkan Ten Hag dalam daftar kandidat pelatih mereka. Artinya, meskipun ada rumor, kemungkinan tawarannya memang belum sampai ke tahap finalisasi.
Alasan Finansial sebagai Alasan Utama
Keputusan Ten Hag lebih didasari pertimbangan keuangan daripada loyalitas atau emosional ke FC Twente.
- Pesangon dari Leverkusen cukup besar dan sudah dijamin dalam kontraknya. Jika ia mengambil pekerjaan baru sebelum persyaratan tertentu terpenuhi, ia mungkin harus melepaskan sebagian atau seluruh kompensasi.
- Dengan berada dalam periode “di luar klub” (free agent), Ten Hag tetap bisa mempertahankan pesangon tersebut tanpa risiko kehilangan manfaat keuangan dari kontrak lama.
Dampak Keputusan Terhadap FC Twente
Keputusan ini tentu memberi konsekuensi bagi FC Twente:
- Twente harus mencari alternatif lain untuk posisi pelatih kepala, karena Ten Hag menolak secara dini.
- Rumor dan harapan pendukung Twente bahwa Ten Hag akan kembali secara emosional harus ditunda atau dibatalkan karena aspek praktis dan finansial.
Reaksi Publik dan Media
Beberapa pihak memahami keputusan Ten Hag sebagai tindakan profesional dan pragmatis. Meski banyak yang menghormati ikatan emosionalnya dengan FC Twente, tetap ada pengertian bahwa dalam sepakbola modern, kontrak dan uang juga memegang peranan besar.
Media sepakbola di Belanda dan internasional membahas penolakan ini sebagai contoh bahwa bahkan ikatan emosional yang kuat pun dapat dikalahkan oleh pertimbangan finansial yang konkret. Ada juga tokoh yang menyebut keputusan ini sebagai perlindungan terhadap hak pelatih yang sudah dijamin secara kontrak.
Apakah Ten Hag Mungkin Akan Melatih Twente di Masa Depan?
Walau sekarang menolak, ada beberapa pertimbangan yang membuka kemungkinan kerja sama di masa depan:
- Ten Hag memiliki sejarah panjang dengan FC Twente sebagai pemain dan pernah terlibat di akademinya. Ikatan emosional itu nyata dan tidak bisa dihapus.
- Jika syarat pesangon dari Leverkusen telah sepenuhnya jelas atau diselesaikan, Ten Hag mungkin akan lebih terbuka untuk tawaran baru, termasuk dari Twente.
Kesimpulan
Keputusan Erik Ten Hag untuk menolak tarjih FC Twente lebih bersandar pada pertimbangan finansial daripada sentimentalitas. Ia memilih mempertahankan kompensasi dari Leverkusen yang sudah dijamin, daripada mengambil pekerjaan baru yang bisa membuatnya kehilangan hak tersebut.
Keputusan ini menunjukkan bahwa dalam dunia sepakbola profesional, aspek kontrak dan hak finansial bisa sangat menentukan arah karier seseorang, terkadang lebih dari ikatan emosional maupun keinginan pribadi.