Kickthegongaround.com – Era Sir Alex Ferguson adalah masa keemasan Manchester United, saat klub menaklukkan Inggris dan Eropa dengan mental juara dan kerja keras luar biasa.
Nama Sir Alex Ferguson identik dengan kejayaan Manchester United.
Selama lebih dari dua dekade kepemimpinannya, Ferguson membangun klub ini menjadi raksasa sepak bola dunia — mengubah United dari tim yang berjuang di papan tengah menjadi kekuatan dominan di Inggris dan Eropa.
Era Ferguson adalah simbol dedikasi, disiplin, dan ambisi tanpa batas, yang menjadikan Manchester United bukan hanya klub sepak bola, tetapi juga ikon global.
BACA JUGA : Sejarah Piala Dunia dari Awal hingga Sekarang
1. Awal Kedatangan: Permulaan yang Tidak Mudah (1986–1990)
Sir Alex Ferguson resmi ditunjuk sebagai manajer Manchester United pada 6 November 1986, menggantikan Ron Atkinson.
Sebelum datang ke Old Trafford, Ferguson sukses besar bersama Aberdeen, klub asal Skotlandia yang berhasil ia bawa menjuarai liga domestik dan bahkan mengalahkan Real Madrid di final Piala Winners 1983.
Namun, perjalanan awal di Manchester tidak berjalan mulus.
United berada di peringkat bawah klasemen dan moral tim rendah. Banyak penggemar mulai meragukan kemampuannya, terutama setelah tiga musim tanpa trofi.
Tekanan memuncak pada tahun 1990, ketika banyak pihak menyerukan pemecatannya.
Namun, kemenangan di Piala FA 1990 melawan Crystal Palace menjadi titik balik dalam karier Ferguson.
Trofi itu menyelamatkan pekerjaannya — dan memulai era kejayaan panjang Manchester United.
2. Menyusun Fondasi Kejayaan (1990–1993)
Setelah memenangkan Piala FA, Ferguson mulai membentuk pondasi tim masa depan.
Ia fokus pada pengembangan pemain muda dan perekrutan strategis.
Pemain seperti Steve Bruce, Gary Pallister, Paul Ince, dan Peter Schmeichel bergabung, memperkuat kerangka tim.
Pada musim 1992–1993, Ferguson membawa United menjuarai Premier League pertama sejak 1967 — sekaligus gelar liga pertama di era modern.
Kemenangan ini menandai kebangkitan Manchester United sebagai kekuatan dominan Inggris.
Striker legendaris Eric Cantona yang datang dari Leeds United menjadi sosok penting.
Gaya bermain flamboyan dan karismanya memberi identitas baru pada tim: berani, kreatif, dan penuh kepercayaan diri.
3. Dominasi di Era 1990-an
Setelah meraih gelar liga pertama, Ferguson dan United terus tak terbendung.
Dalam kurun waktu 10 tahun (1993–2003), mereka memenangkan delapan gelar Premier League, empat Piala FA, dan beberapa trofi domestik lainnya.
Ferguson dikenal dengan kemampuan manajemen manusia yang luar biasa.
Ia mampu menggabungkan pemain berpengalaman seperti Bryan Robson, Roy Keane, dan Cantona dengan pemain muda dari akademi, seperti Ryan Giggs, Paul Scholes, David Beckham, dan Gary Neville.
Kelompok pemain muda ini dikenal sebagai “Class of ‘92”, dan menjadi tulang punggung kesuksesan klub selama satu dekade.
Ferguson selalu menekankan nilai kerja keras, kedisiplinan, dan loyalitas.
Ia sering berkata:
“Talent alone is not enough — you need hunger and determination to be the best.”
4. Momen Puncak: Treble Winners 1999
Musim 1998–1999 adalah puncak karier Sir Alex Ferguson dan era paling bersejarah bagi Manchester United.
Dalam satu musim, United memenangkan tiga trofi besar: Premier League, FA Cup, dan Liga Champions UEFA.
Perjalanan menuju treble penuh drama:
- Di Premier League, United mengalahkan Arsenal dalam persaingan ketat hingga pekan terakhir.
- Di FA Cup, mereka menundukkan Newcastle United di final.
- Dan di malam yang magis di Camp Nou, Barcelona, United membalikkan keadaan melawan Bayern Munich dalam dua menit terakhir.
Gol Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solskjær di injury time memastikan kemenangan 2–1 — menciptakan salah satu momen paling ikonik dalam sejarah sepak bola.
Ferguson kemudian diberi gelar Sir oleh Ratu Elizabeth II atas jasanya terhadap sepak bola Inggris.
Malam itu, Manchester United tidak hanya menjadi juara — mereka menjadi legenda.
5. Kejayaan yang Tak Pernah Padam (2000–2010)
Setelah 1999, Ferguson tidak berhenti membangun.
Ia terus memperbarui skuad dan strategi, memastikan United tetap kompetitif di setiap era.
Pada awal 2000-an, Ferguson merekrut pemain-pemain penting seperti Ruud van Nistelrooy, Rio Ferdinand, dan Cristiano Ronaldo.
Di bawah arahannya, United tetap menjadi tim paling konsisten di Inggris.
Musim 2007–2008 menjadi salah satu periode terbaik lainnya.
Dengan kombinasi Cristiano Ronaldo, Wayne Rooney, dan Carlos Tévez, United bermain eksplosif dan memenangkan Premier League serta Liga Champions.
Final Liga Champions 2008 di Moskow melawan Chelsea menjadi bukti kehebatan Ferguson dalam membangun mental juara.
Setelah hasil imbang 1–1, United menang lewat adu penalti — memastikan gelar Eropa ketiganya.
Selain sukses di lapangan, Ferguson juga dikenal karena kemampuannya beradaptasi dengan zaman.
Ia mampu mengikuti perubahan taktik, teknologi, dan psikologi pemain, sesuatu yang jarang dimiliki pelatih lain dengan karier panjang.
6. Filosofi dan Kepemimpinan Sir Alex Ferguson
Kunci kesuksesan Ferguson tidak hanya pada strategi, tetapi juga kepemimpinan dan karakter.
Ia dikenal tegas, disiplin, dan memiliki insting tajam dalam membaca situasi.
Beberapa prinsip kepemimpinannya yang terkenal:
- “Hairdryer Treatment” – gaya tegas Ferguson dalam menegur pemain yang tampil buruk.
- Rotasi pemain bijak – memastikan setiap pemain berkontribusi dan tetap lapar akan kemenangan.
- Regenerasi tanpa henti – Ferguson berani melepas bintang besar demi membangun masa depan tim.
Ia juga sangat menghargai nilai keluarga dan kebersamaan.
Bagi Ferguson, Manchester United bukan sekadar tim, tetapi keluarga besar yang harus tumbuh bersama.
7. Tahun-Tahun Terakhir dan Pensiun (2010–2013)
Meski usianya makin menua, Ferguson tetap membawa United bersaing di level tertinggi.
Ia berhasil memenangkan Premier League ke-20 untuk klub pada musim 2012–2013, berkat penampilan luar biasa dari Robin van Persie.
Setelah 26 tahun di kursi manajer, Ferguson mengumumkan pensiun pada 8 Mei 2013.
Pertandingan terakhirnya, melawan West Bromwich Albion, berakhir dengan skor 5–5 — hasil yang simbolis: penuh kejutan dan drama, seperti kariernya.
Dalam pidato perpisahannya di Old Trafford, Ferguson berkata:
“I want to remind you — when we have bad times, don’t ever give in. That’s the Manchester United way.”
Kata-kata itu menggambarkan semangat sejati klub: pantang menyerah.
8. Warisan Abadi Sir Alex Ferguson
Warisan Ferguson di Manchester United sulit ditandingi:
- 13 Gelar Premier League
- 5 Piala FA
- 4 Piala Liga
- 2 Liga Champions UEFA
- 1 Piala Dunia Antarklub
- 1 Piala Winners dan 1 Piala Super Eropa
Total: 38 trofi utama dalam 26 tahun.
Lebih dari itu, ia meninggalkan mentalitas pemenang yang menjadi DNA klub.
Bagi banyak orang, Ferguson bukan hanya manajer, tetapi arsitek kejayaan Manchester United.
Bahkan setelah pensiun, pengaruhnya tetap terasa — dari filosofi kerja keras di akademi hingga semangat kompetitif para mantan anak asuhnya yang kini menjadi pelatih di berbagai klub.
Kesimpulan
Era Sir Alex Ferguson adalah masa paling gemilang dalam sejarah Manchester United dan mungkin dalam sejarah sepak bola Inggris.
Ia membangun klub dengan kerja keras, disiplin, dan visi jangka panjang, menjadikan United dari tim biasa menjadi legenda global.Lebih dari sekadar trofi, Ferguson meninggalkan identitas kemenangan yang akan dikenang selamanya.
Bagi jutaan penggemar di seluruh dunia, Manchester United tidak akan pernah sama tanpa dirinya — karena Sir Alex Ferguson bukan hanya bagian dari sejarah klub, ia adalah sejarah itu sendiri. 🔴🏆