Kickthegongaround.com – AS Roma, klub kebanggaan ibu kota Italia, memiliki sejarah panjang, rivalitas sengit, dan kisah emosional yang menjadikannya legenda Serie A.
Pendahuluan: Cinta dan Kebanggaan dari Kota Abadi
AS Roma bukan sekadar klub sepak bola — bagi masyarakat Roma, klub ini adalah simbol kebanggaan, identitas, dan emosi yang mendalam. Berdiri di jantung ibu kota Italia, klub berjuluk I Giallorossi (Merah Kuning) ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah olahraga dan budaya kota Roma. Dengan lambang serigala dan warna khas oranye-merah, Roma mencerminkan semangat rakyatnya: berani, gigih, dan penuh gairah.
BACA JUGA : Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia: Tantangan dan Peluang
Sejarah Berdirinya AS Roma
AS Roma didirikan pada 22 Juli 1927 melalui penggabungan tiga klub lokal: Roman FC, SS Alba-Audace, dan Fortitudo-Pro Roma SGS. Tujuan utama merger ini adalah membentuk satu klub kuat yang bisa menyaingi dominasi klub-klub dari Italia Utara seperti Juventus, Inter, dan AC Milan.
Nama “Associazione Sportiva Roma” dipilih untuk menegaskan identitas ibu kota, sementara lambang klub menampilkan Lupa Capitolina — serigala betina yang dalam legenda Romawi menyusui Romulus dan Remus, pendiri kota Roma. Simbol ini menggambarkan kekuatan, kesetiaan, dan kebanggaan terhadap warisan kota abadi tersebut.
Stadion pertama Roma adalah Campo Testaccio, yang kemudian digantikan oleh Stadio Olimpico, stadion yang masih menjadi markas kebanggaan mereka hingga kini.
Perjalanan dan Prestasi Klub
AS Roma telah menorehkan banyak kisah heroik sepanjang sejarahnya. Klub ini meraih gelar Serie A pertamanya pada musim 1941–42, di tengah masa sulit Perang Dunia II. Gelar kedua baru diraih pada musim 1982–83 di bawah kepemimpinan pelatih Nils Liedholm dan kapten legendaris Agostino Di Bartolomei.
Momen 1983 menjadi tonggak penting: Roma menjadi simbol kemenangan rakyat Roma melawan dominasi klub-klub utara. Stadion Olimpico penuh sesak, dan kemenangan itu dikenang hingga kini sebagai salah satu momen paling emosional dalam sejarah klub.
Gelar Serie A terakhir Roma datang pada musim 2000–01 di bawah asuhan Fabio Capello. Saat itu, trio ikonik Francesco Totti, Gabriel Batistuta, dan Vincenzo Montella membawa Roma menjuarai liga dengan permainan atraktif. Trofi itu menjadi persembahan manis bagi seluruh kota, sekaligus memperkuat status Totti sebagai legenda sejati.
Selain tiga gelar Serie A, Roma juga memenangkan sembilan trofi Coppa Italia, dua Supercoppa Italiana, dan menorehkan sejarah dengan menjuarai UEFA Europa Conference League 2021–22 — trofi Eropa pertama mereka, di bawah pelatih karismatik José Mourinho.
Francesco Totti: Ikon Abadi Roma
Tak mungkin membahas AS Roma tanpa menyebut nama Francesco Totti, sang Il Capitano. Totti lahir dan besar di Roma, dan ia menolak tawaran dari klub-klub besar Eropa demi kesetiaan pada tim masa kecilnya. Selama lebih dari dua dekade (1992–2017), Totti menjadi simbol kesetiaan, cinta, dan identitas klub.
Dengan lebih dari 300 gol dan 700 penampilan, Totti bukan hanya legenda bagi klub, tetapi juga ikon sepak bola dunia. Bagi para tifosi Roma, ia bukan sekadar pemain — ia adalah lambang semangat dan loyalitas sejati. Saat Totti pensiun, seluruh kota menangis. Stadion Olimpico dipenuhi suporter yang memberikan penghormatan terakhir bagi sang kapten abadi.
Derby della Capitale: Pertarungan Dua Dunia
Salah satu aspek paling menarik dari AS Roma adalah rivalitas sengit dengan SS Lazio, yang juga bermarkas di kota yang sama. Pertandingan antara keduanya dikenal sebagai Derby della Capitale, atau “Derby Ibu Kota.”
Derby ini bukan sekadar laga sepak bola, tetapi juga pertempuran identitas. Suporter Roma — dikenal dengan Curva Sud — melambangkan rakyat pekerja dan jiwa rakyat kota, sementara Lazio sering diasosiasikan dengan bagian utara Roma. Atmosfer derby selalu panas, penuh semangat, dan sering kali emosional. Bagi warga Roma, kemenangan di derby lebih penting daripada kemenangan atas klub manapun di Italia.
Filosofi dan Gaya Bermain
Selama bertahun-tahun, Roma dikenal dengan gaya bermain menyerang dan penuh gairah. Klub ini cenderung melahirkan pemain-pemain kreatif dan karismatik, seperti Giancarlo De Sisti, Bruno Conti, Daniele De Rossi, hingga Francesco Totti.
Filosofi sepak bola Roma bukan hanya soal kemenangan, tetapi juga soal bagaimana bermain dengan indah, berani, dan menghormati semangat kompetisi. Itulah mengapa banyak penggemar di seluruh dunia mencintai Roma — bukan hanya karena trofinya, tetapi karena jiwanya.
Era Modern: Mourinho dan Kebangkitan Eropa
Pada 2021, Roma menunjuk José Mourinho sebagai pelatih. Kedatangannya membawa semangat baru bagi klub dan fans. Di bawah asuhannya, Roma menorehkan sejarah dengan memenangkan UEFA Europa Conference League pada 2022 — gelar Eropa pertama dalam sejarah klub.
Kemenangan ini mengembalikan semangat kebanggaan di ibu kota Italia. Mourinho berhasil memadukan taktik dan semangat khas Roma, menanamkan mental juara, serta memperkuat ikatan antara klub dan suporter.
Selain itu, muncul generasi baru pemain berbakat seperti Lorenzo Pellegrini, Nicolo Zaniolo, dan Paulo Dybala yang menjadi tulang punggung tim. Dengan dukungan suporter setia, Roma bertekad kembali bersaing di puncak Serie A dan Eropa.
Identitas dan Fanbase
AS Roma memiliki salah satu fanbase paling fanatik di dunia. Penggemar Roma dikenal setia meski klub tak selalu memenangkan trofi besar. Curva Sud di Stadio Olimpico selalu penuh warna dengan spanduk, nyanyian, dan koreografi megah yang mencerminkan cinta sejati.
Filosofi tifosi Roma adalah “La Roma non si discute, si ama” — Roma tidak diperdebatkan, tetapi dicintai. Bagi mereka, mendukung Roma bukan sekadar hobi, melainkan panggilan jiwa.
Kesimpulan: Lebih dari Sekadar Klub
AS Roma adalah klub yang merepresentasikan semangat, kebanggaan, dan sejarah kota abadi. Dari legenda seperti Totti dan De Rossi, hingga kejayaan di masa modern bersama Mourinho, Roma tetap menjadi simbol perjuangan dan cinta sejati terhadap sepak bola.
Roma bukan hanya tentang hasil akhir di papan skor, tetapi tentang identitas dan emosi. Seperti kata para penggemarnya: “Forza Roma, sempre e per sempre” — semangat Roma, sekarang dan selamanya.
Klub ibu kota ini akan terus menulis kisahnya — penuh warna, drama, dan cinta — sebagaimana kota Roma sendiri, yang abadi dalam setiap detak jantung para tifosi di seluruh dunia.

