Kickthegongaround.com – Chelsea menjelma dari klub biasa menjadi raksasa Eropa di bawah kepemilikan Roman Abramovich. Inilah kisah transformasi luar biasa mereka.
Ketika Roman Abramovich membeli Chelsea FC pada tahun 2003, dunia sepak bola tidak pernah menduga bahwa langkah tersebut akan mengubah wajah klub — bahkan Premier League — selamanya.
Dari klub yang sering berjuang di papan tengah, Chelsea menjelma menjadi raksasa Eropa, dengan koleksi trofi bergengsi dan basis penggemar global.
Era Abramovich bukan hanya soal uang, tetapi tentang ambisi, visi, dan transformasi total yang membawa Chelsea dari “Zero to Hero”.
BACA JUGA : Pemain Legendaris Bundesliga yang Menginspirasi Dunia
1. Awal Kedatangan Roman Abramovich (2003): Revolusi Dimulai
Roman Abramovich, seorang miliarder asal Rusia, membeli Chelsea seharga sekitar £140 juta pada musim panas 2003.
Pada masa itu, Chelsea berada di ambang kebangkrutan dan kesulitan membayar utang.
Kedatangannya langsung mengguncang sepak bola Inggris. Roman Abramovich berjanji akan membangun klub yang mampu menyaingi Manchester United dan Arsenal — dua kekuatan dominan saat itu.
Ia segera berinvestasi besar-besaran dalam infrastruktur dan transfer pemain.
Beberapa rekrutan besar langsung didatangkan, termasuk Claude Makélélé, Damien Duff, Hernán Crespo, dan Joe Cole.
Tak lama kemudian, Roman Abramovich memecat pelatih Claudio Ranieri dan menunjuk José Mourinho, pelatih muda asal Portugal yang baru saja menjuarai Liga Champions bersama Porto.
Langkah ini menjadi awal era baru yang penuh ambisi.
2. Era José Mourinho (2004–2007): The Special One dan Mental Juara
Ketika Mourinho tiba di Stamford Bridge, ia memperkenalkan dirinya dengan kalimat legendaris:
“I am not the one of the bottle, I think I’m a special one.”
Ucapan ini bukan sekadar kesombongan — ia benar-benar membuktikannya.
Pada musim pertamanya (2004–2005), Chelsea meraih gelar Liga Inggris pertama dalam 50 tahun, hanya kebobolan 15 gol sepanjang musim — rekor pertahanan terbaik sepanjang sejarah Premier League.
Mourinho menciptakan tim dengan fondasi kuat:
- Petr Čech di gawang
- John Terry dan Ricardo Carvalho di lini belakang
- Claude Makélélé sebagai jangkar
- Frank Lampard dan Didier Drogba sebagai motor utama
Chelsea tampil disiplin, kuat, dan efisien. Mereka bukan hanya menang — mereka mendominasi.
Dalam dua musim, Chelsea memenangkan dua gelar Premier League, dua Piala Liga, dan satu Community Shield.
Era ini menandai awal kejayaan modern Chelsea.
3. Masa Transisi dan Konsistensi Eropa (2008–2011)
Setelah kepergian Mourinho pada 2007 karena konflik internal, Chelsea tetap menjadi kekuatan besar.
Pelatih seperti Avram Grant, Luiz Felipe Scolari, dan Carlo Ancelotti silih berganti memimpin klub.
Pada tahun 2008, Chelsea mencapai final Liga Champions pertamanya, namun kalah dramatis dari Manchester United lewat adu penalti.
Momen John Terry tergelincir saat mengambil penalti menjadi salah satu kenangan paling menyakitkan dalam sejarah klub.
Namun, kekecewaan itu tak mengendurkan semangat.
Di bawah Carlo Ancelotti, Chelsea mencetak sejarah dengan Double Winners pada musim 2009–2010 — menjuarai Premier League dan FA Cup sekaligus.
Mereka juga mencetak 103 gol dalam satu musim, rekor baru saat itu.
Chelsea membuktikan bahwa mereka bukan sekadar “klub kaya baru”, tetapi tim dengan karakter juara.
4. Kejayaan di Eropa: Puncak Era Abramovich (2012)
Puncak kejayaan Roman Abramovich datang pada musim 2011–2012.
Meskipun musim itu penuh gejolak, Chelsea berhasil mencapai final Liga Champions untuk kedua kalinya, di bawah asuhan pelatih sementara Roberto Di Matteo.
Final di Allianz Arena melawan Bayern Munich menjadi malam tak terlupakan.
Didier Drogba, yang disebut banyak orang sebagai legenda sejati klub, mencetak gol penyeimbang dan gol kemenangan penalti di babak adu penalti.
Chelsea pun menjadi juara Eropa untuk pertama kalinya dalam sejarah klub.
Air mata bahagia mengalir di wajah para pemain dan suporter.
Roman Abramovich akhirnya melihat impiannya menjadi kenyataan — Chelsea menaklukkan Eropa.
Momen itu menandai puncak transformasi besar: dari klub yang nyaris bangkrut, menjadi juara Liga Champions dalam kurang dari satu dekade.
5. Stabilitas dan Kesuksesan Berkelanjutan (2013–2021)
Setelah kemenangan 2012, Chelsea terus mempertahankan statusnya sebagai klub elit Eropa.
Beberapa pelatih datang dan pergi — dari Rafael Benítez, Mourinho (kembali), Antonio Conte, Maurizio Sarri, hingga Thomas Tuchel — tetapi ambisi tetap sama: menang.
Trofi Bergengsi yang Diraih di Era Abramovich:
- 5 Gelar Premier League
- 2 Liga Champions UEFA (2012, 2021)
- 2 Liga Europa (2013, 2019)
- 5 Piala FA
- 3 Piala Liga Inggris
- 1 Piala Dunia Antarklub (2022)
Chelsea menjadi satu-satunya klub Inggris yang berhasil memenangkan semua kompetisi utama di level domestik dan Eropa.
Pada masa ini pula, Chelsea dikenal dengan akademi muda terbaik di Inggris.
Nama-nama seperti Mason Mount, Reece James, Tammy Abraham, dan Callum Hudson-Odoi lahir dari sistem akademi modern yang dibangun Abramovich.
6. Filosofi Kepemimpinan Abramovich
Roman Abramovich dikenal jarang berbicara di media.
Namun, tindakannya berbicara banyak: ia tidak pernah ragu mengganti manajer jika performa tim menurun, bahkan setelah memenangkan trofi.
Kebijakan ini sering dikritik, tetapi terbukti efektif.
Chelsea tetap kompetitif di setiap era, terlepas dari siapa yang melatih.
Selain itu, Abramovich berinvestasi besar pada infrastruktur dan fasilitas pelatihan, menjadikan Cobham Training Centre sebagai salah satu kompleks pelatihan terbaik di dunia.
Abramovich juga dikenal karena kepeduliannya terhadap komunitas, termasuk proyek sosial dan dukungan kemanusiaan di sekitar London.
7. Akhir Sebuah Era (2022): Perpisahan yang Mengharukan
Pada tahun 2022, karena konflik geopolitik yang melibatkan Rusia dan Ukraina, Abramovich harus menjual Chelsea setelah hampir dua dekade kepemilikan.
Meskipun ia berpisah dengan berat hati, ia memastikan proses penjualan berjalan tanpa keuntungan pribadi, dengan hasil penjualan disalurkan untuk kemanusiaan.
Bagi para pendukung, perpisahan itu bukan sekadar berita bisnis — tetapi akhir dari era keemasan.
Di bawah kepemilikan Abramovich:
- Chelsea memenangkan 21 trofi utama.
- Menjadi klub Inggris paling sukses selama dua dekade.
- Membangun identitas global dan fanbase yang tersebar di seluruh dunia.
Abramovich meninggalkan warisan yang tidak ternilai — transformasi total dari klub biasa menjadi legenda modern.
Kesimpulan
Era Roman Abramovich di Chelsea adalah kisah luar biasa tentang visi, ambisi, dan keberanian mengubah sejarah.
Dalam waktu kurang dari 20 tahun, ia mengubah klub London yang biasa-biasa saja menjadi kekuatan besar sepak bola dunia.Chelsea di bawah Abramovich bukan hanya tentang uang, tetapi tentang membangun budaya kemenangan dan keunggulan.
Dari trofi domestik hingga kejayaan di Eropa, kisah ini menjadi bukti bahwa dengan visi yang kuat dan tekad yang bulat, bahkan klub “zero” pun bisa menjadi “hero.” 💙🏆